Mukjizat Yang Bernama Shalat
Muhammad Kamil Abdushshamad
Dari : Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur'an
Allah berfirman,
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (an-Nisaa': 103)
"Perintahkanlah kepada keluargamu mendirihan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (Thaahaa: 132)
"Katakanlah pada hamba-hamba-Ku yang telah beriman, `Hendaklah mereka mendirikan shalat."' (Ibrahim: 31)
"Periharalah segala shalat(mu) dan (periharalah) shalat wustha." (al-Baqarah: 238)
Latihan-latihan
olah raga merupakan salah satu aktivitas yang dianjurkan oleh ilmu
kesehatan. Membiasakan latihan-latihan seperti itu bisa membentuk
kebugaran tubuh yang mesti terpenuhi, demi terciptanya akal sehat.
Aktivitas shalat lima kali sehari merupakan media terbaik untuk
merengkuh manfaat positif darinya. Karena waktu shalat adalah waktu yang
paling tepat untuk melakukan latihan-latihan tersebut.'
Pasalnya,
waktu sebelum terbitnya matahari terdapat hawa yang menyegarkan, dan
karenanya bisa membangkitkan energi tubuh. Waktu Zuhur di saat seseorang
melepas lelah dari kesibukan adalah saat yang sangat tepat memulihkan
keseimbangan energi. Waktu Ashar di saat aktivitas seseorang menjelang
usai adalah masa yang sangat tepat untuk mengembalikan daya energi dalam
tubuh. Waktu Maghrib adalah masa di mana seseorang sedang menyongsong
aktivitas baru (memulai kegiatan baru). Sedangkan, waktu Isya adalah
waktu di mana tubuh memerlukan energi baru, setelah seharian penuh
beraktivitas yang sangat melelahkan. Kelima waktu itulah yang merupakan
beberapa masa yang paling tepat bagi seseorang untuk mengganti energi
dirinya yang sempat "hampir" hilang.
Bagi
pakar muslim, gerakan-gerakan shalat mulai dari berdiri, duduk, dan
sujud yang dilakukan berulang-ulang dalam sehari adalah jalan terbaik
untuk melancarkan sistem peredaran darah. Dengan lancarnya sistem
peredaran darah itu, maka seluruh organ tubuh bertambah energik.
Ada
satu hal yang menarik perhatian bagi seorang dokter forensik (visum)
dokter orthopedic (dokter tulang) terkenal asal Perancis, kala ia
berlibur ke Mesir. Di sela-sela kunjungannya di antara mesjid-mesjid
Mesir, ia menemukan praktik pengobatan baru untuk penyakit-penyakit
punggung. Resep (terapi) sakit punggung yang diajukan adalah dengan cara
melakukan gerakan-gerakan shalat lima kali sehari. Pasalnya, aktivitas
sujud dan ruku adalah gerakan-gerakan yang berfungsi untuk memperkuat
tulang punggung, dan berguna untuk melemaskan tulang belakangnya
(sumsum). Ketika itu juga, kala tur ke negeri asing ini, sambutan hangat
dari masyarakat pun tampak. Dengan serta merta mereka berusaha keras
untuk menyaksikan praktik shalat, untuk mengetahui kiat-kiat menjaga
tulang sumsum belakang agar tetap kuat.
Di
samping itu, secara ilmiah telah ditetapkan bahwa ruku, berdiri
(tegap), dan sujud ternyata mampu menguatkan otot-otot punggung dan
perut. Juga sekaligus bisa melenyapkan berbagai minyak dan lemak yang
terkadang menempel di dinding-dinding perut.
Sedangkan
sujud, berfungsi sebagai penguat otot-otot paha dan lutut. Juga
membantu aliran peredaran darah ke seluruh organ tubuh, menguatkan
dinding-dinding perut, dan menstabilkan gerakan-gerakan (pencernaan)
usus.
Gerakan
sujud adalah aktivitas yang berguna untuk mengkonservasi gejala-gejala
penyakit pembengkakan pada lambung, yang diakibatkan pengerutan
otot-ototnya. Juga akibat dioperasikannya katup penghalang (al-hijab al-hajiz) yang terletak di antara perut dan dada.
Dari
sini, shalat bisa dipandang sebagai sebaik-baik olah raga jasmani yang
bermanfaat bagi tubuh. Karena ia mampu menggerakkan seluruh organ tubuh,
baik otot-otot, persendian, maupun tulang.
Faedah
dan keuntungan shalat bagi organ-organ tidak hanya sebatas itu saja.
Pengobatan saat ini menetapkan terapi penurunan darah tinggi bisa
ditempuh dengan melaksanakan shalat. Jika seseorang rajin melaksanakan
shalat, sedangkan ia mengidap penyakit tekanan darah tinggi, maka lambat
laun akan menuai hasilnya.1)
Para
pakar Islam sepakat bahwa dengan melakukan shalat secara teratur
sebelum makan, berarti sama halnya menjaga dan melindungi diri dari
penyakit-penyakit perut. Lebih-lebih penyakit akibat luka lambung.
Karenanya, orang yang mengidap penyakit mag, selalu dianjurkan untuk
mengekang konsumsi makanan selama dalam keadaan tertekan atau terjadi
sensivitas kepekaan urat-urat syaraf yang berakibat sering cepat naik
pitam. Jika dalam kondisi seperti ini, sangat dianjurkan untuk
menenangkan lebih dahulu hingga mencapai suasana rileks, santai, dan
fresh. Setelah itu barulah mengkonsumsi makanan.
Penemuan
ilmiah juga menunjukkan bahwa shalat mempunyai dampak langsung terhadap
sistem kerja syaraf. Karena ia bisa menghilangkan ketegangan,
menenteramkan pergolakan jiwa, dan sekaligus sebagai terapi
kegoncangan-kegoncangan (penyakitnya). Lebih dari itu, shalat luga
menjadi obat penyembuh yang mujarab bagi orang yang sulit tidur akibat
guncangnya sistem urat syaraf.
Dr.
Thomas Heislub berkata, "Bagi saya, shalat merupakan salah satu unsur
utama penyangga aktivitas tidur seseorang yang saya ketahui lewat
pengalaman empiris dan penelitian bertahun-tahun. Saya katakan ini dalam
kapasitas profesi saya sebagai dokter (dan sebagai tanggung jawab moral
yang saya tekuni). Shalat bisa dijadikan media utama untuk
menenteramkan jiwa, dan juga menebarkan kenyamanan ke segenap jaringan
urat syaraf yang saya ketahui hingga sekarang."2)
Sementara
itu, Dr. Edwin Frederick selaku dosen pada fakultas ilmu-ilmu syaraf
yang tinggal di belahan Amerika Serikat pernah berkata, "Ada ribuan
dokter, namun tidak satu pun di antaranya yang terkenal. Mayoritas
mereka memiliki kecerdasan inteligensia rendah. Kendati demikian, ada
secercah harapan. Karena, mereka dapat menyembuhkan penyakit-penyakit
dan menjaga kesehatan melalui sebuah mukjizat. Mukjizat yang bernama
shalat."
Dr.
Casius Carl, peraih gelar Nobel dalam bidang kedokteran dan merangkap
ketua bidang penelitian di Yayasan Rockefler, Amerika Serikat, pernah
berkata, "Di sini shalat setidaknya telah membicarakan tentang cara
kerja (aktivitas) organ tubuh manusia. Bahkan sejauh ini, ia diyakini
sebagai faktor kreativitas manusia. Saya, dalam hal ini, memandang dari
sudut disiplin keilmuan yang saya geluti. Di kala para pasien telah
gagal dalam terapi penyembuhannya dengan metode mengkonsumsi
obat-obatan, maka seorang dokter menengadahkan tangannya dengan penuh
khusyu dan harap dengan kepasrahannya. Konon ketika ia shalat, tiba-tiba
saja penyakitnya sirna, lenyap.
Shalat
bagai logam radium, yakni sebagai sumber penyinaran yang terus-menerus
menghasilkan aktivitas-aktivitas lain. Dampak positif shalat juga
terasa seperti yang kita rasakan bersama dalam persoalan "patologi".
Banyak kasus orang sakit yang terbebas dari bermacam-macam penyakit
seperti TBC, Britonis, radang tulang, luka-luka yang bernanah, dan
kanker.
Ada
sejumlah pakar Islam yang belum mengetahui banyak tentang penggabungan
pandangan-pandangan agama dan syiar-syiarnya. Dengan munculnya studi
semacam ini, mungkinkah bagi seseorang untuk menyalahgunakan
nilai-nilai shalat sebagai langkah preventif guna penyembuhan
penyakit-penyakit.
Salah
seorang guru olah raga Mesir berpendapat bahwa gerakan-gerakan yang
lebih dikenal dengan istilah "Gerakan Hitam" sebenarnya telah banyak
mengadopsi konsep shalat yang di dalamnya terdapat gerakan-gerakan
fisik. Dalam pelaksanaannya, haruslah dengan cermat dan teratur. Yakni,
dimulai dengan sikap tegak, beralih ke sikap ruku, dilanjutkan dengan
kembali berdiri dari ruku, dan diteruskan dalam beberapa saat berdiri
tegap. Kemudian barulah ke gerakan sujud. Dari gerakan sujud,
dilanjutkan ke gerakan bangun, lalu untuk kali kedua kembali sujud, dan
disempurnakan dengan berdiri tegap. Hal ini, dilakukan berulang-ulang,
dari rakaat pertama ke rakaat kedua, dan barulah bertasyahud. Begitulah,
dilakukan pengulangan gerakan untuk mencapai shalat yang sempurna."3)
Begitu
pula dengan barisan makmum. Mereka berdiri pada garis sejajar,
bersama-sama menuju arah kiblat, dan tegak berdiri dengan jarak satu
jengkal antara kedua telapak kakinya. Sedangkan, kakinya dalam posisi
berimbang. Para pakar telah rnengemukakan pendapatnya bahwa berdiri
dengan merenggangkan kedua telapak kaki dapat membantu menjaga
keseimbangan kala turun untuk bersujud dan bangkit darinya. Juga bisa
lebih menguatkan urat-urat syaraf.4)
Dari
keseluruhan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat seperti olah
raga fisik yang dilakukan seseorang dengan "variasi gerakan" yang
mencakup keseluruhan organ tubuh. Tak ayal lagi, shalat bisa
membangkitkan aktivitas-kreativitas dan sekaligus mencegah kemalasan,
serta mampu menghilangkan keletihan. Lebih dari itu, shalat adalah
"olah raga spiritual" bertemunya ruh sang hamba dengan Sang Maka
Pencipta yang menyimpan pesan pembaruan dan perelaan. Itulah hasil
penemuan sain modern setelah rentang masa 14 abad lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar